Pemahaman bahwa rangkaian sistem pencernaan kita memiliki fungsi pengaturan yang sangat canggih, disadur oleh Harper Collins dalam bukunya :The Second Brain pada tahun 1998.
Sejak itu, ilmu neurogastroenterologi berkembang, yang pada intinya menguraikan bahwa keseluruhan sistem pencernaan, mulai dari mulut sampai anus, memiliki lebih dari 100 juta neuron, lebih banyak dari neoron yang ada di sumsum tulang belakang dan syaraf tepi.
Apa artinya ?
Neuron yang saling berhubngan itu membentuk suatu kesatuan fungsi yang mirip dengan otak, yang mengirimkan pesan-pesan otomatis bila menemukan hal-hal yang perlu diantisipasi. Juga sebaliknya mampu menerima pesan, dan melakukan antisipasi dalam lingkupnya.
Bila otak kedua ini berfungsi baik, maka akan berperan dalam mengatur sistem perasaan (mood) kita. Serotonin yang dikenal sebagai "hormon kebahagiaan", ternyata lebih banyak terdapat pada jaringan pencernaan daripada di otak. Neuron di pencernaanlah yang akan mendistribusikan serotonin, sehingga membawa efek yang menyenangkan dan meningkatkan kesehatan jiwa.
Karena itulah, ketika seseorang menghadapi suatu kondisi kejiwaan yang berat, muncul masalah pencernaan, mulai gejala "kupu-kupu" (perut yang menggeletar seperti kram) ketika merasa tegang, sampai kejadian diare atau bahkan sembelit pada situasi kejiwaan yang lain.
Neuron ini berinteraksi secara intens dengan keberadaan probiotik yang ada di saluran usus, serta berpengaruh besar terhadap kasus-kasus imunitas. Ketiadaan probiotik dapat memicu masalah autoimun, dan sebaliknya, menjaga keberadaan probiotik dalam ekosistem usus secara sempurna akan mengatasi masalah autoimun.
Karena itu, penggunaan antibiotika yang dilakukan tanpa mempertimbangkan keberlangsungan probiotik, hanyalah memindahlan penyakit, dari penyakit infeksi menjadi penyakit autoimun yang bisa jadi tidak kalah berbahayanya.
Karenanya, jagalah "otak kedua" ini dengan menjaga asupan kefir atau yogurt, salah satu sumber probiotik.. Salam sehat (Adi Kumbara)
No comments:
Post a Comment